Bali Tempat Sistem Religi Lama Masih Eksis
Sejak 1343, Bali sendiri telah menjadi bagian dari kerajaan Majapahit, yaitu ketika raja Bedahulu yang bergelar Sri Asta Sura Ratna Bumi Banten ditaklukkan oleh Gajah Mada. Aneksasi tersebut tak membawa perubahan apa-apa pada masyarakat Bali, kecuali pemerintah kerajaan Bedahulu harus menyerahkan upeti setiap tahun ke Majapahit.
Lebih-lebih dalam hal budaya. Budaya Bali yang diperkirakan telah terbentuk sejak sekitar abad VIII, tidaklah banyak mengalami perubahan selama berabad-abad. Selama berabad-abad itu ajaran Hindu dan ibadatnya mereka laksanakan tanpa adanya perubahan apapun. Demikian juga di zaman tatkala Bali menjadi bagian dari Majapahit. Apa yang umat Hindu laksanakan di Majapahit, itu juga yang dilaksanakan di Bali, karena pada dasarnya pelaksana-an ajaran Hindu di Nusantara adalah sama.
Pada masa setelah Perang Paregreg (1401 – 1404), terdapat banyak orang Majapahit me-ngungsi ke Bali dan mereka turut larut dalam sistem religi yang ada di Bali, yang ternyata sistemnya sama saja dengan Hindu di Majapahit, demikian juga kebiasaan sehari-hari lain-nya. Itu terjadi karena sejak 1343 masyarakat Bali telah ‘hidup secara Majapahit’, sehingga mereka dapat dikatakan sebagai orang Majapahit meski tidak tinggal di Majapahit. Alhasil, dapat kita lihat bahwa budaya – terutama sistem religinya – Bali adalah budaya Majapahit. Dan hebatnya, budaya dan sistem religi tersebut tak banyak berubah. Ia tetap lestari, dengan wajah yang sama seperti berabad-abad yang lalu karena Islam dengan segala paradigmanya tak pernah mendominasi pulau itu.
Sehinggalah kita tetap percaya bahwa untuk menengok masa lampau sistem religi Majapahit dengan segala dampak sosial dan retorikanya kita harus berpaling ke Bali, karena di sana lah wajah Majapahit masih dapat dilihat. Bali masih tetap eksis mempertahankan tradisi masa lampau itu, karena dalam sistem religi itu adalah keharusan. Dari sinilah kita sampai kepada konklusi: Bali adalah benteng terakhir budaya Majapahit.