Macapat adalah tembang tanpa iringan instrumen Gamelan. Tembang tersebut berisi syair-syair tertentu seperti Sinom, Pucung, Dandang Gulo dan lain – lain. Macapat mempunyai fungsi luhur yaitu untuk mengajarkan budi pekerti Jawa. Pelestarian Seni Mocopat sebagian besar berada di daerah – daerah Solo, Jogja, Madura, Banyuwangi dan Bali. Daerah – daerah tersebut masih kental dengan budaya macapat karena asal mula macapat adalah tradisi lisan dari para Wali. Kreatifitas para wali untuk mendekatkan ajaran agama kepada budaya ini secara turun temurun menjadi sebuah kearifan lokal dan budaya yang patut di apresiasi.
Untuk itu, di Museum Gubug Wayang hadir Seni Mocopat Jawa yang dibawakan oleh Grup Pudhak Wangi Mojokerto. Grup yang terdiri dari enam sesepuh Mocopat Jawa dan beberap kader muda ini, setiap hari minggu rutin menggelar kegiatan Mocopatan. Kegiatan yang berdurasi kurang lebih tiga jam ini, menjadi suguhan tersendiri bagi para pengunjung Museum apabila mereka datang di hari Minggu Pagi. Selain di hari Minggu Pagi, agenda ini juga dilaksanakan pada malam Jum’at Legi (Kalender Jawa) sebagai do’a bersama.
Mocopat yang digelar depan halaman Museum Gubug Wayang ini terbuka untuk umum. Pengunjung diperbolehkan untuk belajar atau bergabung dengan grup ini. Jadi selain sebagai hiburan tambahan di hari Minggu, sisi edukasi kegiatan ini akan terus ada bagi setiap pengunjung Museum Gubug Wayang.