Kunjungan mahasiswa STIT Raden Wijaya Kota Mojokerto kali ini mengusung tema Edukasi Wisata Sejarah. Dengan topik Proses Akulturasi Budaya di Indonesia pada ranah agama, mereka sudah mempersiapkan berbagai pertanyaan yang berimbang. Seperti umumnya, setelah penjelasan sekilas tentang peraturan Museum Gubug Wayang, para peserta di handle oleh para senior guide.
Masuk di teras museum, mereka diperkenalkan dengan asal – usul pertunjukan wayang di Nusantara yang pastinya berasal dari akulturasi budaya dan agama. Untuk mengajarkan budi pekerti dan kebijaksanaan hidup, diperlukan media yang dapat diterima oleh seluruh kalangan. Wayang menjadi pilihan yang tepat. Tour kemudian berlanjut ke koleksi – koleksi berikutnya. Dikarenakan kunjungan kali ini adalah tingkatan mahasiswa, maka pada koleksi keris dijelaskan sedikit banyak tentang falsafah kehidupan yang ada di setiap keris. Keris dibuat bukan untuk perang, melainkan sebagai Piyandel dan Ageman, sebagai identitas dan motivasi.
Tak kalah kagumnya dengan koleksi di bagian pojok Museum Gubug Wayang, Si Unyil dan kawan – kawan. Salah satu serial TV anak di tahun 80an yang sangat edukatif dan interaktif. Yang menjadi pengetahuan baru bagi para mahasiswa, bahwasannya sebelum negara lain membuat film animasi 3D, Indonesia sudah memilikinya. Walaupun ditengah keterbatasan alat dan software yang ada, Serial Si Unyil tahun 80an selalu menjadi kenangan tersendiri. Tidak hanya itu saja, Serial ini juga sempat diputar di Belanda sebagai Acara Edukasi yang lengkap. Tentunya itu semua tidak lepas dari jerih payah Bp. Suyadi (Alm) sebagai Tokoh Pak Raden dan team nya yang solid.
Berlanjut ke lantai tengah dan lantai atas, rombongan peserta di berikan penjelasan berbagai media budaya pagelaran wayang sebagai sarana penyebaran agama di wilayah Nusantara. Agenda terakhir dari kunjungan ini ditiutup dengan pertunjukan Wayang Klaras oleh Ki Agus dengan lakon: Jimat Kalimosodo. Salah satu epos perjuangan Sunan Kalijaga dalam memperkenalkan Islam melalui media pertunjukan Wayang. Dengan cara budaya, maka setiap pesan akan mudah tersampaikan, diingat dan di laksanakan.