Kunjungan MI Ihyaul Ulum Sooko

Kunjungan pagi ini diisi oleh siswa kelas empat Madrasah Ibtidaiyah Ihyaul Ulum Sooko. Dengan mengimplementasikan Tema Budaya, Sub Tema Keragaman Budaya Indoensia ke visual dan bentuk riilnya, mereka berkunjung ke Museum. Antusiasme siswa – siswi akan keragaman budaya tergambar dari pertanyaan – pertanyaan kritis yang terlontar ketika tour berlangsung. Dengan didampingi oleh Petugas Museum, mereka mulai mendapat penjelasan kronologi budaya Indonesia dan perkembangannya.

MI Ihyaul Ulum Sooko (4)

Tour dimulai dari penjelasan asal – usul seni pewayangan Jawa mengkolaborasikan budaya India dan Cina serta melihat tatanan masyarakat pada zaman kerajaan silam. Para siswa juga dapat melihat secara langsung pahatan ulang relief candi Prambanan dan Candi Surowono. Cerita epos Ramayana dan Arjunawiwaha, dua tokoh yang berbeda namun mengajarkan kebaikan akan selalu mengalahkan kejahatan. Mengingatkan kita semua agar selalu menabur kebaikan agar kita kelak juga menuai kebaikan.

Selanjutnya, masuk kedalam museum, para siswa dijelaskan berbagai macam bentuk pewayangan jawa yang didaptasi dari cerita – cerita relief. Mulai dari Wayang Daun Lontar, Wayang Beber, Wayang Kulit hingga Wayang Golek. Tidak ketinggalan pula, Museum Gubug Wayang juga menyimpan koleksi Sang Maestro Dongeng Anak, Bpk. Drs. Suyadi (Alm) atau kerap disapa dengan nama Pak Raden. Karya – karya beliau yang memukau menjadi rujukan pembelajaran berbasis story telling oleh berbagai sekolah di Nusantara kala itu. Sebelum meninggal, Pak Raden dan keluarga besar beliau menghibahkan seluruh aset beliau kepada Museum yang berada di pinggiran Kota Mojokerto ini. Berbagai tokoh Si Unyil era 80’an hingga Laptop Si Unyil dapat dinikmati di Museum ini. Penataan yang rapi dan sesuai dengan timeline nya menjadikan para siswa secara mudah mempelajari keragaman budaya yang disampaikan pak Raden.

Si Unyil

Tour berlanjut ke lantai dua Museum ini dengan tampilan Wayang Golek hingga wayang akulturasi budaya Tiongkok. Wayang Potehi, kakek dari segala bentuk pagelaran wayang didunia, kini juga sudah dapat dipelajari di Museum Gubug Wayang. Perbedaan yang ada tidak menjadikan Wayang Potehi tersisihkan, akan tetapi dapat berkolaborasi dengan cerita pewayangan yang terus berkembang di Indonesia. Sampai di lantai ketiga, para peserta di ajak untuk mengenal kembali berbagai mainan jadul, mainan tanpa listrik dan kuota. Kembali ke mainan yang ramah lingkungan menjadi salah satu tujuan yang terus berusaha di perkenalkan kepada para millenials.

MI Ihyaul Ulum Sooko (3)

Sebelum tour berakhir, seperti biasanya, perwakilan dari guru pendamping memberikan saran dan pesan, bahwasannya outting di Museum bagi sekolah manapun sudah seharusnya menjadi kebutuhan primer. Hal ini selaras dengan program pembelajaran K13 dan pengembangannya. Observasi dan penggalian informasi secara langsung hingga meneliti bentuk riil nya. Dengan berkunjung ke Museum, lengkap sudah pembelajaran berbasis informasi.

Tinggalkan Komentar

Hubungi WhatsApp Kami